Kala itu, sekitar tahun 1966,
setelah kwarnas menamakan pusdika dengan Candradimuka, Kolonel Laut
Muthalib yang bertugas sebagai andalan
urusan latihan Kwarda Jatim pada waktu itu, mengusulkan Dadika (Daerah
Pendidikan Pramuka) Jawa Timur dengan nama Argasonya.
Usulan tersebut diterima dengan senang hati oleh pelatih lainnya. Sampai saat
ini, Argasonya dipakai sebagai nama
tempat pelatihan kepramukaan di Jawa Timur. Cadika (Cabang Pendidikan Pramuka)
saat ini menjadi pusdikacab se-Jawa Timur sampai saat ini juga mempunyai nama
masing-masing, contohnya, Pamekasan dengan Nanggala, Ponorogo dengan Amerta,
Banyuwangi dengan Macanputih, Surabaya dengan Gunungsari, begitulah
seterusnya.
Kemudian, pada tahun 1978
dibentuklah Gelanggang Krida Pramuka (GKP) Jawa Timur di Sedati sebagai tempat
krida (kerja) para pramuka termasuk satuan karya. Pada saat itu pula, Dadika
berubah nama menjadi Lemdika yang lokasinya menyatu dengan GKP Argasonya. Pada
tahun 2011, GKP di Sedati dipindahkan ke Balongbendo dengan nama GKP Argasonya
yang di dalamnya terdapat Pusat Pendidikan dan Pelatihan Daerah (Pusdiklatda)
Jawa Timur.
Argasonya merupakan tempat
penggemblengan kepramukaan dari peserta didik, pembina, pelatih, instruktur,
orang dewasa, dan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kinerja kepramukaan,
membentuk insan Indonesia yang berbudi luhur sesuai dengan cita-cita Gerakan
Pramuka. Sentuhan yang digunakan dalam penggemblengan adalah Ketulusan, Cinta
Kasih, dan Kebahagiaan dengan prinsip dan metode kepramukaan.
Argasonya diambil dari sebuah nama
padepokan (tempat pendidikan) yang diasuh oleh seorang resi jelmaan Batara
Brama. Di Argasonya itulah seorang ksatria bernama Kakrasana (saudara kembar
Prabu Kresna) bertapa, menggembleng diri, dan mencari kesejatian hidup. Setelah
selesai berguru Kakrasana berubah nama menjadi Baladewa. Dari bertapa itu, ia mendapatkan
anugerah pusaka sakti yaitu senjata Nanggala
yang berwujud angkus (mata bajak), dan Alugora
berwujud gada dengan kedua ujung yang runcing. Selain itu Baladewa juga
mendapat Aji Jaladara yang dapat
terbang dengan kecepatan tinggi.
Baladewa adalah anak Prabu
Basudewa, raja Mandura dari Ibu yang bernama Dewi Mahendra. Ia mempunyai saudara
kembar yang bernama Kresna. Walaupun lahir kembar Baladewa dan Kresna adiknya
tidak sama. Baladewa berkulit putih, sedangkan Kresna berkulit hitam cemani. Baladewa
mempunyai adik wanita bernama Bratajaya atau Sumbadra.
Walaupun Baladewa terkenal sebagai raja yang mudah marah, ia jujur, adil, dan tulus. Ia tidak sungkan-sungkan untuk meminta maaf atas kesalahannya. Sejak kecil Baladewa dan kedua adiknya diungsikan dan disembunyikan di kademangan Widarakandang karena mendapat ancaman mau dibunuh oleh Kangsadewa. Di kademangan Widarakandang Baladewa dan kedua adiknya diasuh oleh Demang Antyagopa dan nyai Sagopi.
Walaupun Baladewa terkenal sebagai raja yang mudah marah, ia jujur, adil, dan tulus. Ia tidak sungkan-sungkan untuk meminta maaf atas kesalahannya. Sejak kecil Baladewa dan kedua adiknya diungsikan dan disembunyikan di kademangan Widarakandang karena mendapat ancaman mau dibunuh oleh Kangsadewa. Di kademangan Widarakandang Baladewa dan kedua adiknya diasuh oleh Demang Antyagopa dan nyai Sagopi.
Baladewa beristeri Erawati anak
Raja Salya dari negara Mandaraka dan mempunyai dua anak laki-laki yaitu Wisata
dan Wimuna. Baladewa menjadi raja di Mandura menggantikan ayahnya Prabu
Basudewa. Nama lain dari Baladewa adalah Kakrasana, Karsana, Balarama, Wasi
Jaladara, dan Curiganata.
Pada saat perang Baratayuda
berlangsung, Baladewa justru tidak terlibat sama sekali. Hal ini disebabkan
karena rekayasa Prabu Kresna. Baladewa sengaja diselamatkan oleh Kresna dari
kemungkinan buruk yang bakal menimpanya, yaitu dengan meminta Baladewa bertapa
di Grojogan sewu. Tujuannya agar Baladewa tidak mendengar suara gemuruh perang,
karena tertutup oleh suara air terjun. Baru ketika perang Baratayuda sudah
usai, Baladewa sadar bahwa ia ditipu oleh adiknya. Baladewa meninggal dalam
usia lanjut. Ia sempat menyaksikan penobatan Prabu Parikesit menjadi raja
Hastinapura. Baladewa wafat menyusul Kresna adiknya yang terlebih dahulu muksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar