Jumat, 15 November 2013

Idealnya, Pemimpin Gerakan Pramuka adalah Orang yang Berpengalaman di Kepramukaan

Siapa yang akan menakhodai Kwarnas kelak? Itulah pertanyaan yang senantiasa diributkan oleh banyak orang di kalangan GP. Dari satu pertanyaan tersebut, tersembul berbagai jawaban dengan aneka kalimat dan pernyataan yang ditawarkan. Tentu, di antara jawaban itu, ada salah satu pernyataan yang tepat. Hanya saja, kita semua tidak tahu sebelum diumumkan hasil Munas 2013 nanti di Kupang, NTT, tanggal 2 s.d. 5 Desember 2013.

Jawaban yang tampak logis dan fundamental adalah jawaban yang mengacu pada hakikat GP dalam berperan di Indonesia. Inilah peran GP di Indonesia. GP merupakan wadah pendidikan, menghimpun anak muda, dan bersifat gerakan. Jadi, yang teramat layak memegang tampuk Kwarnas kelak adalah mereka yang tidak saja memahami peran GP tetapi juga menjiwai dan berproses secara total sejak menjadi peserta didik. Dia bisa jadi pernah mendapatkan TKU, menjabat dewan kerja, berkemah, berjambore, berraimuna, ber-PW, dan kegiatan yang lainnya. Dengan begitu, luar dalam akan menjadi modal mengintegrasikan kepemimpinan ke depan.
Mengapa harus begitu? GP merupakan organisasi pendidikan yang bersifat gerakan. GP itu memproduksi generasi masa depan dengan sentuhan kepramukaan. Jika yang memimpin itu orang yang berjiwa, berperilaku, dan berpengalaman kepramukaan tentu hasilnya akan berdimensi kepramukaan pula. Memang benar, GP dapat dipimpin oleh siapapun asalkan kuat kepemimpinan dan manajerialnya. Namun, akan lebih bagus jika GP dipimpin oleh orang yang tidak saja mempunyai kepemimpinan dan manajerial, juga dia mempunyai pengalaman nyata di kepramukaan.

Kamis, 14 November 2013

Kemah Pendidikan Karakter 2013: Jatim Gunakan Metode Kepramukaan secara Total

"Wih, sungainya sangat menarik untuk dilintasi," kata peserta dari Ponorogo. "Kegiatan ini sangat menantang," tambah peserta dari Lamongan. "Materi motivasi keindonesiaan juga cukup mengena. Kami sangat terbakar untuk membela NKRI," kata peserta dari Banyuwangi.

Komentar di atas sangat lumrah karena kegiatan Kemah Pendidikan Karakter (KPK) 2013 yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Jawa Timur secara penuh menyerahkan kepada Kwarda Jawa Timur untuk mengemas acaranya. Acara dikemas sesuai dengan keinginan peserta. Suyatno, selaku ketua perancang kegiatan mengakui bahwa KPK 2013 ini memang dirancang serius. "Kegiatan dirancang dengan sentuhan metode kepramukaan secara total. Alam bebas menjadi dasar. Pengalaman langsung dikuatkan. Sistem beregu dimantapkan. Kemudian, pelatih mengantisipasi dengan pola blok," ujar Kak Yatno, selaku Kapusdiklatda Jawa Timur itu.

KPK 2013 yang dilaksanakan di Jatijejer, Trawas, Mojokerto, pada 12 s.d. 15 November itu sangat disenangi oleh peserta. Peserta dibagi ke dalam dua kelompok, yakni kelompok Patriotisme dan Nasionalisme. Kedua kelompok dibedakan juga dari slayer yang dipakai. Jika kelompok pertama mengikuti kegiatan petualangan lintas lembah, sungai, dan hutan, kelompok lainnya menikmati kegiatan kepemimpinan yang dikemas dengan talam kerja dan lomba kriya, menggambar, menulis cerpen, cerdas cermat, dan membaca puisi. Kedua kelompok mendapatkan porsi yang sama namun jadwal yang berbeda.

Sebanyak 14 pandega racana di Unesa dan Poltekkes Dr Sutomo Surabaya membantu panitia untuk kegiatan alam bebas. Mereka mengerahkan semua potensinya demi adik-adiknya yang sedang menguatkan jati diri karakter bangsa. Kemudian, ada 6 pelatih dari Pusdiklatda Jawa Timur menangani kegiatan kepemimpinan dan lomba-lomba. Mereka bahu membahu untuk menykseskan kegiatan itu. Dinas Pendidikan Jawa Timur menyerahkan sepenuhnya pelaksanaan KPK 2013 ini. Ada kerjasama yang apik antara Dinas Pendidikan Jatim dengan Kwarda Jawa Timur.

Acara ditutup dengan api unggun. Peserta menampilkan kemampuan berseni. Unik dan menarik mewarnai acara api unggun itu. Pemberian hadiah bagi siswa yang berprestasiu juga dilakukan. Acara ditutup oleh Kapusdiklatda Jawa Timur, Dr. Suyatno, M.Pd.

Kamis, 07 November 2013

KPD Jawa Timur Gunakan Pola Andragogi Sepenuhnya

Oleh Suyatno

Waktu yang disediakan 2 jam untuk materi kepemimpinan. Peserta membayangkan jam kepemimpinan akan diisi oleh peserta yang mengantuk, pasif, dan jenuh karena KPD sudah berjalan 4 hari dan sebelumnya mereka praktik melatih seharian. Jam kepemimpinan dianggap sebagai jam untuk beristirahat. Ternyata, anggapan itu keliru. Jam kepemimpinan justru tidak ada ceramah sedikit pun. Semua peserta aktif melakukan perenungan dan pemikiran akibat penugasan tiap orang.

Saya berpikiran juga seperti peserta, jam ini pasti menjenuhkan jika saya menggunakan pola ceramah meskipun dengan gaya orasi. Lalu, rencana melatih saya ubah dengan pola andragogi. Satu jam sebelum ke kelas, saya mengguntingi pekerjaan dari tukang taman sampai dokter, dari pelayan sampai pecundang, dan begitulah seterusnya. Jumlah kupon tulisan ada 70 pekerjaan. Tiap orang mendapatkan satu kupon.

Kelas saya buka dengan lagu dangdut Meggi Z. Peserta saya minta berdiri lalu berjoget mengikuti irama. Mereka berjoget, senang, dan bersuka ria. Tujuan sesi ini agar peserta melupakan persepsi yang lalu, berkonsentrasi di materi kepemimpinan, dan mereka berada dalam suasana riang saat belajar. Ternyata, kondisi itu sangat ampuh.

Kemudian, peserta menjelaskan isi profesi sesuai kupon mereka sambil menjelaskan ke teman depannya. Mereka berpasangan. Wih, riuh sekali. Mereka sangat memahami bahwa semua profesi mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Ada yang bermakna positif dan bermakna negatif. Sungguh mereka belajar secara individu tanpa harus digurui.

Pada tahap akhir, peserta menyatakan bahwa kepemimpinan yang baru saja bersama-sama dipelajari memberikan bekas di hati. Ternyata semua orang mempunyai gaya kepemimpinan yang unik untuk mencapai tujuan. Selamat menjadi pelatih.