Kamis, 24 November 2011

Memaknai Kiasan Dasar dalam Gerakan Pramuka

Kiasan Dasar dalam Gerakan Pramuka merupakan salah satu metode kepramukaan di samping metode yang lainnya yang mampu membawa peserta didik ke tingkat pemahaman yang kuat. Namun, saat ini, kiasan dasar hanya dimaknai sebagai simbol sejarah bangsa, dengan istilah siaga, penggalang, penegak, dan pandega sebagai wujud pergerakan nasional. Padahal, kiasan dasar merupakan terjemahan dari simbolic framework sebagai metode yang harus digunakan secara aplikatif dalam kegiatan kepramukaan. 


Kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya adalah karena manusia mampu berinteraksi melalui simbol-simbol. George Herbert Mead bahkan menemukan suatu Teori interaksionisme simbolik, yakni bahwa adaptasi manusia terhadap dunia luar dihubungkan melalui proses komunikasi, yang tidak hanya sekedar respons yang bersifat reflektif dari organisme terhadap rangsangan lingkungan. Proses komunikasi tersebut dapat digambarkan dalam gestural conversation (bahasa isyarat). Sebuah isyarat yang menghasilkan respon yang sama memungkinkan terjadinya symbolic communication (komunikasi simbol), komunikasi simbol ini selanjutnya menjadi suatu kata-kata (simbol suara yang mengandung arti yang dimengerti bersama), dan akhirnya menjadi bahasa.

Manusia dapat menulis huruf yang disebut gambar bunyi yang merupakan simbol-simbol. Manusia dapat pula mencapai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dengan melalui pengembangan simbol-simbol. Hal ini dapat kita maklumi bagaimana seandainya orang harus mengerjakan atau bahkan hanya sekedar membaca rumus matematika, atau IPA, yang rumit dengan secara tekstular, pasti akan menjadi sangat sulit sekali, dan bahkan tidak akan mungkin untuk dapat dikembangkan. 

Manusia bahkan dapat berbicara lewat hati dan pikirannya dengan simbol-simbol melampaui batas ruang dan waktu. Bahkan ketika tidurpun manusia bisa berbicara dengan simbol-simbol. Manusia melalui rasa dan karsanya dapat membayangkan dan memprogramkan sesuatu yang belum terjadi melalui simbol-simbol. 

Nenek moyang kita mengarungi lautan menggunakan bintang-bintang tertentu sebagai simbol penunjuk arah,  petani ketika ia akan menanam padi menggunakan ”kolo-mongso” yang merupakan simbol-simbol. Untuk memilih jodoh, atau teman yang baik telah ada rumusannya dalam di setiap budaya daerah dengan simbol-simbolnya masing-masing. Di dalam kisah pewayangan orang-orang yang bijaksana disimbolkan dengan warna wajah yang hitam atau kuning dengan mulut tertutup dan muka sedikit menunduk, sedangkan orang-orang yang serakah, kejam, pendengki, digambarkan dengan wajah merah, mulut sedikit terbuka dan kepala agak tengadah. Ini semua hanya gambaran kecil suatu komunikasi dengan simbol-simbol. Interaksionisme simbolik adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan manusia. 

Mead (dalam Doyle Paul Johnson, 1990: 14 – 25)  bahkan mengatakan bahwa symbolic-frame  ini bahkan dapat mempengaruhi proses berpikir manusia. Dalam hal komunikasi (intra-personal; inter-personal; maupun mass-comunication), kiasan dasar dapat menentukan “konsep diri”.  Melalui interaksionisme simbolik seseorang dapat menentukan konsep-dirinya sebagai subjek ( I ) yang bertindak atas nama dirinya untuk orang lain; dan sebaliknya dapat menjadikan dirinya sebagai objek (me) yang merefleksikan dirinya bertindak atas nama orang lain untuk dirinya sendiri, inilah selanjutnya yang di dalam masyarakat kita disebut dengan “kontrol diri”.

Kiasan Dasar sebagai suatu halaman komunikasi manusia yang telah terpilih, (symbolic-frame), maka ia  dapat ditumbuhi berbagai metode sebagaimana:  
a.    Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
b.    belajar sambil melakukan (learning by doing);
c.    sistem berkelompok (sistem beregu);
d.    kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik.
e.    kegiatan di alam terbuka;
f.    sistem tanda kecakapan;
g.    sistem satuan terpisah untuk putera dan untuk puteri;bahkan kiasan dasar sendiri yang dalam arti sempit sebagai:
h.    kiasan dasar; (yakni penyelenggaraan kepramukaan yang dikemas dengan kias yang bersumber pada sejarah perjuangan dan budaya bangsa).

Kiasan Dasar dalam Gerakan Pramuka sebagai wahana komunikasi, nampak seiring dengan hakekat  tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Spencer, 1989 (dalam Nasution 1982: 35-36). Menurut Spencer (1989), bahwa hakekat tujuan pendidikan adalah:
a.    self-preservation, yakni dengan pendidikan manusia harus dapat menjaga kelangsungan hidupnya dengan cara hidup sehat, mencegah penyakit, hidup teratur dan sebagainya;
b.    securing the necessity of life, manusia harus sanggup mencari nafkahnya dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan melakukan suatu pekerjaan; 
c.    rearing a family, sesorang nantinya akan menjadi “ibu” atau “bapak” yang sanggup bertanggung-jawab atas pendidikan anaknya dan kesejahteraan keluarganya; 
d.    maintaining proper social and political relationship, setiap manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat dan negara, oleh karenanya ia harus bergaul, rela bekerja-sama dengan orang lain serta memenuhi kewajibannya sebagai warga negara;
e.    enjoying leisure time, manusia harus sanggup dan dapat memanfaatkan waktu senggangnya dengan memilih kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, menambah kenikmatan dan kegairahan hidup.  

Kiasan Dasar dapat membangkitkan kemampuan alamiah bagi anak-anak, remaja dan bahkan orang dewasa akan imajinasi, kreativitas, daya cipta, dan petualangan dengan cara:
a.    Menstimulasi perkembangan peserta didik ke dalam berbagai dimensi (dimensi: filosofis, psikologis, sosial dan budaya).
b.    Membantu mengenali nilai-nilai kepramukaan.
c.    Membantu membangun jati dan pengembangan diri.
d.    Membantu membangun persatuan dan solidaritas kelompok. 

Kiasan Dasar Dalam Gerakan Pramuka
Max Weber seorang sosiolog ternama di era sosiologi klasik sekaligus peletak dasar metodologi Ilmu Sosial mengatakan bahwa orang tidak boleh mulai suatu definisi, melainkan perlu menurunkan indikator-indikator definisi itu sesuai contoh-contoh khusus, yang bagaimanapun juga tak akan pernah menjadi definisi akhir, melainkan sebuah definisi yang dicocokkan dengan maksud-maksud atau peristiwa yang sedang dihadapi. Oleh karena itu di dalam Gerakan Pramuka baik dari namanya, kegiatannya selalu memberikan nuansa pendidikan, romantisme, dan cocok dengan maksud dan peristiwa baik yang telah, yang sedang dan bahkan yang akan dihadapi. 

Penerapan kiasan dasar dalam Gerakan Pramuka yang keanggotaannya digolongkan menurut usia, menggunakan kiasan-dasar sebagai dimensi filosofis dalam mencapai visi dan misi yang diembannya. 

Nama-nama peserta didik di awal berdirinya kepramukaan dunia, yang sampai saat ini masih digunakan sebagai contoh anggota Siaga di sana disebut Cub artinya anak srigala mengkiaskan kemanjaan, keceriaan, selalu mengikuti induknya ke mana pergi, tetapi senantiasa belajar untuk mandiri. 

Adapun anggota Penggalang disebut Scout adalah mengkiaskan keperwiraan, kesatriaan. 
Anggota Pramuka Penegak disebut Rover mengkiaskan seorang pengembara yang ingin senantiasa belajar, mencari jati diri, dan mencoba membaktikan diri kepada masyarakat.    

Di Indonesia pemilihan nama-nama bagi peserta didik, jauh lebih memberikan makna bagi pendidikan. Dipilihnya nama-nama peserta didik adalah mengkiaskan tahapan perjuangan Bangsa Indonesia, hingga saat ini. 

Nama Siaga mengkiaskan sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang dimulai dari munculnya kesadaran nasional bangsa Indonesia pada tanggal 20 Mei tahun 1908, bertepatan dengan munculnya organisasi Boedi Oetomo, yang memiliki sifat nasional, di mana bangsa Indonesia telah mensiagakan diri, mendidik diri, memulai menyentuh wawasan kebangsaan. 

Diungkapkannya nama Penggalang mengkiaskan suatu tahapan kisah perjuangan pergerakan bangsa Indonesia yang sudah memulai menggalang persatuan dengan dicetuskannya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. 

Nama Penegak dimaknakan sebagai akumulasi perjuangan pergerakkan kemerdekaan Indonesia di mana bangsa Indonesia menegakkan negara kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. 

Sedangkan dipilihnya nama Pandega mengkiaskan tahapan perjuangan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan yakni seluruh rakyat harus mandegani NKRI yakni mempertahankan kemerdekaan, dan mengisi kemerdekaan ini dengan pembangunan. 
   
Kiasan dasar nampak sekali dalam berbagai formasi barisan dalam kegiatan  “upacara pembukaan dan penutupan latihan” yang berbeda di antara masing-masing golongan (S, G, T, D). Perbedaan ini bukan asal berbeda tetapi oleh para founding-fathers kita sudah dipikirkan sedemikan rupa, dikiaskan padanannya sebagai alat pendidikan dan kebanggaan, diolah, diperdalam sehingga memiliki makna flosofis yang sangat kuat, yang mendera kepribadian sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani peserta didik di masing-masing golongan tersebut.

Formasi barisan pada “Upacara Pembukaan Latihan Pramuka Siaga yang berbentuk bulat, sedangkan Pembina berdiri di-tengah-tengahnya” melambangkan bahwa pada usia 7 – 10 tahun Pembina merupakan “Focus of Interest”. Pada formasi tertutup ini, Pramuka Siaga dimaksudkan agar dalam menyerap nilai-nilai sosial, nilai relegiuos, nilai-nilai budaya tidak melalui dunia luar tetapi melalui pribadi Pembinanya. Pada usia tersebut, di mana dasar-dasar penanaman nilai-nilai cinta-bangsa, cinta tanah-air, cinta bahasa merupakan sesuatu yang sangat vital, sedangkan anak-anak belum dapat membedakan mana yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi perkembangan jiwanya, oleh karena itu bagi anak Siaga dalam menyerap nilai-nilai (value system) cukuplah sementara melalui  komunitas sosial Gerakan Pramuka.

Formasi barisan pada “Upacara Pembukaan Latihan Pramuka Penggalang berbentuk Angkare atau huruf U, dan Pembina berdiri di tengah di depan barisan”. Di sini melambangkan bahwa peserta didik sudah diberi kesempatan melihat dunia luar dalam menyerap nilai-nilai luhur yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia, lewat Pembinanya.  

Formasi barisan pada “Upacara Pembukaan Latihan Pramuka Penegak dan Pandega berbentuk lidi, di mana Pembina berdiri pada deretan lidi tersebut” Hal ini melambangkan bahwa pada usia 16 sampai dengan 25 tahun peserta didik sudah diberi keleluasaan sepenuhnya untuk mencari sendiri nilai-nilai luhur tersebut sebagai bagian dari character building  melalui pengalamannya sendiri, sedangkan Pembina lebih banyak “Tut wuri handayani”. 

Dalam setiap proses penyelenggaraan kegiatan kepramukaan selalu terjalin 5 unsur yang terpadu  yakni:
    Prinsip Dasar Kepramukaan
    Metode Kepramukaan
    Kode Kehormatan
    Motto Gerakan Pramuka
    Kiasan Dasar Gerakan Pramuka.

Kiasan Dasar sebagai symbolic frame  berperan mendukung konsistensi kehidupan peserta didik dalam kelompok kecil (Barung, Regu, Sangga, Reka), sebagai suatu ikatan pendekatan kelompok (small unit approach), maupun dalam ikatan kelompok yang lebih besar dalam kehidupan di perindukan, pasukan, ambalan, racana maupun di masyarakat. 

Penutup
Kiasan dasar merupakan referensi penyerapan nilai-nilai luhur kepribadian bangsa, yang dikembangkan dalam pendidikan/pembelajaran yang dinamik sehingga langsung menyentuh lubuk hati peserta didik.  

WOSM, Organisasi Kepramukaan Dunia


WOSM (World Organization Scout Movement), organisasi kepramukaan dunia, berbasis di Jenewa, Swiss, WOSM (atau OMMS dalam bahasa Prancis) mewakili sebagian besar dari semua Pramuka laki-laki dunia, dan hampir 13% dari Pramuka perempuan. Ada 202 asosiasi Pramuka nasional di WOSM ditambah 20 federasi (karena WOSM hanya akan mengenali satu asosiasi Pramuka di setiap negara, asosiasi nasional beberapa yang ingin menjadi bagian dari WOSM harus membuat-dan keuangan-sebuah federasi payung nasional untuk mewakili mereka dengan WOSM). Organisasi kepramukaan berada di tiap negara yang berkantor pusat di 160 negara ditambah Palestina, ditambah tiga asosiasi memiliki asosiasi cabang di 8 negara lebih.
WOSM memulai program pada tahun 1908, di awal kepramukaan negara-negara di luar Inggris memandang Baden-Powell sebagai pembimbing dan penginspirasi. Lalu, kebutuhan untuk sebuah payung organisasi internasional diperlukan, dan pada tahun 1922 sejumlah asosiasi nasional Pramuka membuat WOSM. Sementara sebagian besar anggota WOSM adalah mahasiswi pada beberapa tingkatan, menjadi anggota WOSM, dan yang lain berinduk pada WAGGGS (World Association of Girl Guides and Scout).

Gerakan Pramuka Perkuat Pramuka Perguruan Tinggi

Gerakan Pramuka bertekad memperkuat gerakan di tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan pemuda sebagai generasi penerus menghadapi tantangan bangsa. Komitmen tersebut mengemuka pada Pertemuan Nasional Pramuka Perguruan Tinggi bertema Revitalisasi Pola Pembinaan dan Pengembangan Pramuka Perguruan Tinggi berdasarkan Undang-Undang Nomor 12/2010 tentang Gerakan Pramuka di Makassar, Minggu.

Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Azrul Azwar menjelaskan, alasan memperkuat gerakan pramuka di perguruan tinggi karena pemuda di tingkatan tersebut masih labil dan membutuhkan nilai-nilai kebaikan untuk menyaring pengaruh-pengaruh buruk. Pada tingkatan tersebut pemuda akan memasuki fase kerja dan membutuhkan keterampilan dan banyak yang tidak dapat memperoleh pekerjaan karena tidak punya keterampilan. Melalui gerakan pramuka keterampilan tersebut bisa diperoleh. Alasan lainnya adalah karena pemuda di tingkatan tersebut sangat kritis namun sekaligus memiliki potensi besar yang dapat diarahkan dan digerakkan dengan nilai-nilai kebaikan.

"Memberikan perhatian khusus di tingkat perguruan tinggi juga agar gerakan berjalan secara berkesinambungan bagi mereka yang telah aktif di pramuka pada jenjang pendidikan sebelumnya," katanya menambahkan, gugus depan perguruan tinggi memang ketinggalan. Ia mengharapkan, pertemuan yang diikuti oleh 26 perguruan tinggi ini menjadi tahap pertama pertemuan nasional sesungguhnya. 

Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Syahrul Yasin Limpo yang juga Ketua Kwarda Provinsi Sulsel mengatakan, pramuka adalah bagian untuk menjawab tantangan bangsa ke depan melalui pembentukan jati diri, karakter dan idealisme nasionalisme pemuda. "Saya berharap pertemuan ini semakin memperteguh gerakan pramuka. Pramuka harus jalan untuk menjaga bangsa," ujarnya. Wakil Rektor III Universitas Hasanuddin Nasaruddin Salam, selaku tuan rumah mengatakan, inti dari pertemuan ini adalah upaya pembentukan mahasiswa sebagai insan berkarakter melalui gerakan pramuka. 

Selain seminar yang akan digelar di Makassar, rangkaian kegiatan juga akan digelar Kabupaten Bantaeng dan Bulukumba. Staf Ahli Kemenpora bidang Revitalisasi Pramuka Amran Razak mengatakan, dengan meningkatkan gairah pramuka di kampus diharapkan dapat menjadi penangkal bentuk-bentuk konflik seperti tawuran.(ANT)

Editor: Ruslan Burhani

Minggu, 20 November 2011

Perkembangan Gerakan Pramuka Dunia


Tak lama setelah buku Scouting For Boys diterbitkan, Pramuka mulai dikenal di seluruh Inggris danIrlandia. Gerakannya sendiri, secara perlahan tapi pasti, mulai dicoba dan diterapkan diseluruh wilayah kerajaan Inggris dan koloninya.
Unit kepanduan di luar wilayah kerajaan Inggris yang pertama diakui keberadaannya, dibentuk di Gilbraltar pada tahun 1908, yang kemudian diikuti oleh pembentukan unit lainnya di Malta. Kanada ialah koloni Inggris pertama yang mendapat izin dari kerajaan Inggris untuk mendirikan gerakan kepanduan, diikuti oleh AustraliaSelandia Baru, dan Afrika SelatanChili ialah negara pertama diluar Inggris dan koloninya yang membentuk gerakan kepanduan. Parade Pramuka pertama diadakan di Crystal Palace, London pada tahun 1910. Parade tersebut menarik minat para remaja di Inggris. Tidak kurang dari 10.000 remaja putra dan putri tertarik untuk bergabung dalam kegiatan kepanduan. Pada 1910 Argentina, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, India, Meksiko, Belanda, Norwegia, Russia, Singapura, Swedia, dan Amerika Serikat tercatat telah memiliki organisasi kepramukaan.
Semenjak didirikan, Gerakan Pramuka yang memfokuskan program pada remaja usia 11-18 tahun telah mendapat respon yang menggembirakan, anggota bertambah dengan cepat. Kebutuhan program pun dengan sendirinya bertambah. Untuk memenuhi keinginan dan ketertarikan para generasi muda pada saat itu, gerakan pramuka menambah empat program dalam organisasinya untuk melebarkan lingkup keanggotaan gerakan pramuka. Keempat prpogram tersebut meliputi : Pendidikan Generasi Muda usia dini, Usia Remaja, pendidikan kepanduan putri, dan pendidikan kepemimpinan bagi pembina.
Program untuk golongan siaga, unit Satuan Karya, dan Penegak/pandega mulai disusun pada akhir tahun 1910 di beberapa negara. Terkadang, kegiatan kegiatan tersebut hanya berawal di tingkat lokal/ ranting yang dikelola dalam skala kecil, baru kemudian diakui dan diadopsi oleh kwartir nasional. Kasus serupa terjadi pada pendirian golongan siaga di Amerika Serikat, yang program golongan siaganya telah dimulai sejak 1911 di tingkat ranting namun belum mendapatkan pengakuan hingga 1930.
Sejak awal didirikannya gerakan kepanduan, para remaja putri telah mengisyaratkan besarnya minat mereka untuk bergabung. Untuk mengakomodasi minat tersebut, Agnes Baden Powell —adik dari bapak kepanduan sedunia, Robert Baden Powell,— pada tahun 1910 ditunjuk menjadi presiden organiasi kepanduan putri pertama di dunia. Agnes pada awalnya menamakan organisasi tersebutRosebud, yang kemudian berganti menjadi Brownies (Girl Guide) pada 1914. Agnes mundur dari kursi presiden pada tahun 1917 dan digantikan oleh Olive Baden Powell, istri dari Lord Baden-Powell. Agnes tetap menjabat sebagai wakil presiden hingga ia meninggal pada usia 86 tahun. Pada waktu tersebut, kepanduan putri telah diposisikan sebagai unit terpisah dari kepanduan pria, hal tersebut dilakukan menimbang norma sosial yang berlaku saat tersebut. Pada era 90-an, Banyak organisasi kepanduan di dunia yang saling bekerjasama antara unit putra dan putri untuk memberikan pendidikan kepanduan.
Program awal bagi pendidikan pembina diadakan di London pada tahun 1910, dan di Yorkshire pada tahun 1911. Namun, Baden Powell menginginkan pendidikan tersebut dapat dipraktekkan semaksimal mungkin. Hal tersebut berarti bahwa dalam setiap pendidikan diperlukan praktek lapangan semisal berkemah. Hal ini membimbing pembentukan kursus Woodbadge. Akibat Perang Dunia I, pendidikan woodbadge bagi para pembina tertunda hingga tahun 1919. Pada tahun tersebut, diadakan kursus woodbadge pertama di Gilwell Park. Pada saat ini, pendidikan bagi pembina telah beragam dan memiliki cakupan yang luas. Beberapa pendidikan yang cukup terkenal bagi pembina, seperti Pendidikan dasar, Pendidikan spesifik golongan, hingga kursus Woodbadge.

Sejarah Gerakan Pramuka Dunia


Gerakan ini dimulai pada tahun 1907 ketika Robert Baden-Powell, seorang letnan jendral angkatan bersenjata Britania raya, dan William Alexander Smith, pendiri Boy's Brigade, mengadakan perkemahan kepanduan pertama (dikenal sebagaijamboree) di Kepulauan Brownsea, Inggris.
Idemm untuk mengadakan gerakan tersebut muncul ketika Baden-Powell dan pasukannya berjuang mempertahankan kota Mafeking, Afrika Selatan, dari serangan tentara Boer. Ketika itu, pasukannya kalah besar dibandingkan tentara Boer. Untuk mengakalinya, sekelompok pemuda dibentuk dan dilatih untuk menjadi tentara sukarela. Tugas utama mereka adalah membantu militer mempertahankan kota. Mereka mendapatkan tugas-tugas yang ringan tapi penting; misalnya mengantarkan pesan yang diberikan Baden-Powell ke seluruh anggota militer di kota tersebut. Pekerjaan itu dapat mereka selesaikan dengan baik sehingga pasukan Baden-Powell dapat mempertahankan kota Mafeking selama beberapa bulan. Sebagai penghargaan atas keberhasilan yang mereka dapatkan, setiap anggota tentara sukarela tersebut diberi sebuah lencana. Gambar dari lencana ini kemudian digunakan sebagai logo dari gerakan Pramuka internasional.
Keberhasilan Baden-Powell mempertahankan kota Mafeking membuatnya dianggap menjadi pahlawan. Dia kemudian menulis sebuah buku yang berjudul Aids to Scouting (ditulis tahun 1899), dan menjadi buku terlaris saat itu.
Pada tahun 1906, Ernest Thompson Seton mengirimkan Baden-Powell sebuah buku karyanya yang berjudul The Birchbark Roll of the Woodcraft Indians. Seton, seorang keturunan Inggris-Kanada yang tinggal di Amerika Serikat, sering mengadakan pertemuan dengan Baden-Powell dan menyusun rencana tentang suatu gerakan pemuda.
Pertemuannya dengan Seton tersebut mendorongnya untuk menulis kembali bukunya, Aids to Scouting, dengan versi baru yang diberi judul Boy's Patrols. Buku tersebut dimaksudkan sebagai buku petunjuk kepanduan bagi para pemuda ketika itu. Kemudian, untuk menguji ide-idenya, dia mengadakan sebuah perkemahan untuk 21 pemuda dari berbagai lapisan masyarakat selama seminggu penuh, dimulai pada tanggal 1 Agustus, di kepulauan Brownsea, Inggris. Metode organisasinya (sekarang dikenal dengan sistem patroli atau patrol system dalam bahasa Inggris) menjadi kunci dari pelatihan kepanduan yang dilakukannya. Sistem ini mengharuskan para pemuda untuk membentuk beberapa kelompok kecil, kemudian menunjuk salah satu di antara mereka untuk menjadi ketua kelompok tersebut.
Setelah bukunya diterbitkan dan perkemahan yang dilakukannya berjalan dengan sukses, Baden-Powell pergi untuk sebuah tur yang direncanakan oleh Arthur Pearson untuk mempromosikan pemikirannya ke seluruh Inggris. Dari pemikirannya tersebut, dibuatlah sebuah buku berjudulScouting fo Boys, yang saat ini dikenal sebagai buku panduan kepramukaan (Boy Scout Handbook) edisi pertama.
Saat itu Baden-Powell mengharapkan bukunya dapat memberikan ide baru untuk beberapa oraganisasi pemuda yang telah ada. Tapi yang terjadi, beberapa pemuda malah membentuk sebuah organisasi baru dan meminta Baden-Powell menjadi pembimbing mereka. Ia pun setuju dan mulai mendorong mereka untuk belajar dan berlatih serta mengembangkan organisasi yang mereka dirikan tersebut.
Seiring dengan bertambahnya jumlah anggota, Baden-Powell semakin kesulitan membimbing mereka; Ia membutuhkan asisten untuk membantunya. Oleh karena itu, ia merencanakan untuk membentuk sebuah Pusat Pelatihan Kepemimpinan bagi Orang Dewasa (Adult Leadership Training Center). Pada tahun 1919, sebuah taman di dekat London dibeli sebagai lokasi pelatihan tersebut. Ia pun menulis buku baru yang berjudul Aids to Scoutmastership dan beberapa buku lainnya yang kemudian ia kumpulkan dan disatukan dalam buku berjudul Rovering to Success for Rover Scoutspada tahun 1922.
Sekalipun Gerakan Kepanduan didirikan Baden-Powell, tetapi ia banyak terinspirasi Frederick Russell Burnham, org Amerika yg membantu Inggris di Afsel. Burnham banyak belajar tehnik hidup di alam bebas dr ayahnya yg menjadi pastor di tempat penampungan (reservasi) orang Indian. Burnham yg sukses menghadapi beberapa perang pemberontakan Indian, lalu pergi ke Afsel & berkenalan dg Baden-Powell di Perang Boer. Dari Burnham lah Baden-Powell menyusun berbagai ketrampilan2 dasar yg diperlukan seorang Boy Scout (Pandu). Terinspirasi org Indian. Selanjutnya di Gerakan Kepanduan, Burnham diangkat sebagai “Kepala Suku” pertama dari gerakan yg didirikan Baden-Powell. scout is game (Sumber: Wikipedia)

Para Kepala Sekolah di Kota Madiun Ikuti Orientasi Kepramukaan

Tampaknya, para kepala sekolah pun tidak mau ketinggalan dalam perkembangan Gerakan Pramuka saat ini. Mereka, sejumlah 150 para kepala sekolah SD sampai SMA/SMK, ikuti kursus orientasi yang dilaksanakan oleh Kwarcab Kota Madiun pada 16 November 2011 di Aula SMKN 3 Kota Madiun. Kursus dibuka oleh kakwarcab Madiun dan dilanjutkan acara inti.

"Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali," kata salah satu peserta saat memperhatikan UU Gerakan Pramuka dipaparkan oleh Kak Purmadi, waka Kwarda Jatim sebagai pemateri saat itu. Mereka yakin bahwa Gerakan Pramuka akan menjadi wahana bagi pendidikan nonformal generasi muda Madiun. Pemateri berikutnya adalah Kak Suyatno dengan menguatkan fungsi mabi serta cara rpaktis menjadi seorang mabi.

Kursus Pelatih Dasar (KPD) di Pondok Putri Gontor 1 Ngawi Berjalan Lancar

Tidak henti-hentinya Kwarda Jawa Timur menambah jumlah pelatih putri untuk mengisi kekosongan pelatih putri selama ini. KPD sebagai kursus bagi asisten pelatih dilaksanakan pada 18 s.d. 24 November 2011 di Pondok Putri Gontor 1 Mantingan Ngawi Jawa Timur dengan peserta 108. KPD dibagi ke dalam dua kelas, putra dan putri terpisah. KPD tersebut difasilitasi oleh 10 pelatih dari berbagai kwarcab di jawa Timur.

Kursus terlihat dinamis dengan ditandai oleh antusiasme peserta dalam mendalami dunia kepelatihan. Acara yang dibuka oleh waka kwardam kak Bambang SW itu terlihat bertumpu pada peserta sebagai subjek. Peserta tidak ada hentinya mendalami kepelatihan kepramukaan lewat tugas-tugas yang teramat menarik dan menantang. Apalagi, peserta juga membawa makalah yang ditulisnya untuk dipresentasikan di sela-sela kursus.

Mabi Kwarcab Banyuwangi Adakan Orientasi Kepramukaan

Para majelis pembimbing kwarcab Banyuwangi mendalami kepramukaan sampai tuntas pada Rabu, 17 November 2011 di Aula SMKN 1 Glagah Banyuwangi. Mereka terdiri atas para kapolsek, danramil, kepala dinas, kepala bagian, sekretaris kabupaten, istri bupati, dan pengurus kwarcab dengan serius mendalami UU Gerakan Pramuka, Fungsi Mabi, dan Pengelolaan Gugus Depan. Acara dimulai sejak pukul 9.00 sampai pukul 13.00 dengan pemateri Kak Purmadi dan Kak Suyatno dari Kwarda Jawa Timur.

Kak Purmadi, pada kesempatan itu, menegaskan kembali posisi Gerakan Pramuka dalam pembangunan karakter bangsa melalui eksplorasi isi UU Gerakan Pramuka. Kak Suyatno, selaku kapusdiklatda mengupas tentang latar belakang mengapa kepramukaan harus wajib diberikan ke anak-anak Indonesia. Dengan gaya yang khas, Kak Yatno, begitu biasa dipanggil, memotivasi para peserta agar teramat paham terhadap peran kepramukaan bagi penumbuhkembangan generasi di Indonesia, khususnya di Banyuwangi.


Jumat, 11 November 2011

Pelatih Pembina Pramuka Ponorogo Lakukan Penyegaran pelatihi

Tiada hari tanpa belajar. Itulah pernyataan yang tepat untuk para pelatih pembina pramuka kwarcab Ponorogo. Betapa tidak. Sekitar 150 pelatih berkumpul di gedung Amarta kwarcab Ponorogo pada Selasa, 8 November 2011 untuk bersama-sama menyegarkan diri dalam topik Pelatihan Segmental, Pelatih Generasi K, dan Manajemen Risiko, yang difasilitasi oleh Dr. Suyatno, M.Pd. selaku Kapusdiklatda Kepramukaan Kwarda Jawa Timur dan Supari Singoputu, S.H. selaku andalan nasional bidang humas. Acara berlangsung dari pukul 8.30 s.d. 13.30 dengan suasana penuh dengan kebersamaan.

Penyegaran pelatih yang diikuti oleh generasi senior dan yunior itu dibuka oleh kakwarcab Ponorogo, Yuni Widyaningsih, S.H. Dalam sambutannya, kakwarcab yang pernah mengikuti jambore daerah itu menekankan bahwa pelatih itu harus tiada henti untuk belajar sehingga dicapai pembaharuan gerakan pramuka. "Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamangkubuwono IX juga tidak pernah berhenti untuk belajar", katanya.